Wednesday, April 25, 2012

Sumatera : Balada Pulau Emas Yang Terlunta

Sumatera telah lama termasyhur sebagai Svarnadwipa atau Pulau Emas karena banyaknya logam mulia yang diperdagangkan di pelabuhan-pelabuhan tua di pulau ini. Istilah Svarnadwipa ini disebut dalam naskah-naskah dan prasasti di India.

Berdiri di tubir pertemuan dua lempeng benua yang hiperaktif dan dibelah patahan raksasa membuat Sumatera kerap diguncang gempa. Namun, gejolak lempeng benua ini ternyata juga memicu munculnya berbagai mineral berharga di Pulau Sumatera, terutama emas.

Walaupun produksi emas Sumatera telah lama dikenal, sumber tambangnya tetap menjadi misteri hingga abad ke-20. Beberapa penjelajah mencatat, emas di Sumatera banyak dihasilkan dari pedalaman yang dihuni oleh manusia liar.

Emas di Sumatera baru mulai ditambang Belanda sekitar tahun 1900, salah satunya yang tertua adalah di Lebong, Bengkulu, yang berada di kaki Bukit Barisan. Dalam tulisannya berjudul ”Traditional Sumatran Trade” di Bulletin de l’Ecole française d'Extrême-Orient (1985), John N Miksic menyebutkan, pada abad ke-18, Belanda ataupun Inggris tidak menyadari telah sangat dekat dengan tempat yang begitu kaya dengan emas, Lebong, yang barangkali telah diusahakan selama berabad-abad oleh masyarakat tradisional.



Walaupun saat itu Belanda dan Inggris telah membeli emas dari masyarakat lokal, mereka tidak tahu sumber emas di Lebong itu. William Marsden, pegawai Inggris, menyebut dalam bukunya History of Sumatera (1783), emas itu diduga ditambang di sekitar Benteng Marlborough di pesisir Bengkulu.


Formasi Lebong baru diketahui Belanda pada 1890-an dan sejak itu dieksploitasi habis-habisan. Dalam buku Mining in the Netherlands East Indies, Alex L ter Braake menyebut, perusahaan tambang Mijnbouw Maatschappij Simau mulai beroperasi di Lebong Tandai sejak tahun 1910 dan menuai sukses besar.

Eksplorasi terbaru menemukan bahwa jalur emas di Sumatera ternyata berimpit dengan garis patahan sebagaimana ditulis MJ Crow dan TM Van Leeuwen dalam buku Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution (2005). Proses mineralisasi emas ini disebutkan terjadi berbarengan dengan munculnya busur magma di sepanjang Bukit Barisan.

Penunjaman lempeng (samudra) Indo-Australia ke lempeng (benua) Eurasia telah memicu terbentuknya busur magma di sepanjang jalur patahan itu. Di kedalaman 150-200 kilometer, temperatur Bumi sangat panas sehingga batuan di sekitar zona kontak dua lempeng ini meleleh. Sesuai sifat fluida, lelehan batuan panas ini naik ke atas membentuk kantong-kantong bubur batuan panas yang di kenal sebagai kantong magma.

Interaksi magma dengan batuan dasar, pada tekanan tertentu, menyebabkan terbentuknya zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral (host rock), termasuk emas.

Pada akhirnya, magma ini mendesak ke atas permukaan membentuk deretan kubah magma atau deretan gunung api di sepanjang Bukit Barisan. Pembentukan kubah magma ini juga mendorong bebatuan dasar yang dulu di dasar Samudra hingga ke puncak Bukit Barisan.

Terlunta....

Namun, penambangan emas di Lebong Tandai yang sudah berlangsung ratusan tahun ternyata tak mencipta kemakmuran. Selain rel lori, peninggalan Belanda yang tersisa hanya berupa bangunan Kamar Bola (tempat bermain biliar) dan Rumah Kuning (rumah bordil) yang melapuk.

Lori menjadi andalan untuk mencapai Lebong Tandai, selain berjalan kaki sejauh 33 kilometer dari Napal Putih. Warga menyebut lori ini Molek, akronim dari ”motor lori ekspres.” Meski namanya Molek, wujud kendaraan ini sama sekali tak elok. Bentuknya kotak, terbuat dari kayu dengan roda besi, berbangku kayu tanpa alas, dan bermuatan 10 penumpang.

Molek memanfaatkan jalur lori tua peninggalan Belanda yang kondisinya rusak di sana-sini dan beberapa jembatan nyaris roboh. Jika lancar, lama perjalanan sekitar 3,5 jam, tetapi harus siap menginap di tengah hutan jika mesin lori mogok, sebagaimana yang kami alami.

Desa yang dihuni 647 jiwa ini juga hanya memiliki satu sekolah dasar. Untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, anak-anak dari Lebong Tandai harus keluar dari desa.

sumber:
http://sains.kompas.com/read/2012/04/24/21312355/Sumatera.Pulau.Emas.nan.Retas

No comments:

Post a Comment