Genderang Euro Telah dimulai. Orang bilang Euro lebih seru dari world cup sekalipun. Bayangkan jika Brasil dan Argentina bergabung dalam Euro.
Begitulah...
Sepakbola adalah pertandingan tim, 11 pemain lawan 11 pemain. Akan
tetapi, dalam beberapa momen, ada satu sosok yang menjadi pembeda dalam
sebuah pertandingan.
Berikut adalah lima momen yang tak terlupakan dalam sejarah Piala Eropa, seperti dikutip dari ESPNStar:
1. Penalti Cungkil Ala Panenka
Cekoslowakia bertemu Jerman Barat di final Piala Eropa 1976. Setelah
menggelar pertandingan selama 120 menit karena skor di babak normal
tetap berkesudahan 2-2, babak adu penalti pun dilakukan.
Semua
algojo sukses melakukan tugas sampai penendang keempat Jerman Barat,
Ulli Hoenes, gagal. Bola sepakannya terbang jauh ke atas mistar. Skor
3-3, Cekoslovakia di atas angin.
Beban berat berada di Antonin
Panenka, algojo nomor empat Cekoslovakia. Ia mengambil jarak cukup
jauh, berlari kencang, dan menendang bola dengan cara tak terduga:
mencungkil bola dengan tenang. Seep Maier, salah satu kiper terbaik
dunia saat itu, bergerak ke kiri, sementara bola cungkilan Panenka
meluncur mulus ke tengah.
Cekoslovakia pun menjadi juara Piala
Eropa untuk kali pertama. Dunia terperangah. Gaya Panenka dalam
mengesekusi penalti kemudian menjadi avant garde dalam
sepakbola. Beberapa media menyebut tendangan penalti tersebut seperti
"puisi". Para maestro sepakbola seperti Francesco Totti dan Zinedine
Zidane juga pernah turut melakukannya.
2. Adu Koin Italia
Di final Piala Eropa 1968, sejarah mencatat dua kejadian menarik.
Pertama, pemenang babak semifinal antara Italia dan Uni Soviet harus
ditentukan oleh koin. Kedua, pertandingan final antara Italia melawan
Yugoslavia diulang setelah selama 120 menit mereka hanya bermain seri
1-1.
Italia saat itu dilatih oleh Pelatih Ferruccio Valcareggi
dengan skuad yang diseraki banyak pemain legendaris seperti Dino Zoff,
Giacinto Facchetti, Tarciso Burgnich, Sandro Mazzola, dan top skorer
Italia sepanjang masa, Giani "Gigi" Riva.
Banyak pengamat
menilai Italia menjadi juara murni hanya karena faktor keberuntungan.
Di babak semifinal, ketika skor tetap berakhir seri 1-1 setelah melalui
babak perpanjangan, pemenang ditentukan oleh adu koin, karena saat itu
belum dikenal adu penalti.
Di babak final Italia menghadapi
Yugoslavia. Keberuntungan kedua kembali menghampiri Italia. Skor yang
berakhir seri 2-2 setelah melewati pertandingan selama 120 menit,
membuat pertandingan harus diulang. Setelah istirahat dua hari,
pertandingan ulang digelar di Stadion Olimpico pada 10 Juni. Italia
berhasil mengungguli Yugoslavia dengan skor 2-0.
3. Golden Goal Trezeguet
De Kuip Stadion, Belanda, Piala Eropa tahun 2000. Markas klub Feyenoord
itu menjadi saksi perhelatan babak final Prancis bertemu Italia.
Prancis yang saat itu diunggulkan karena baru berhasil menjadi juara
Piala Dunia dua tahun sebelumnya, menunjukkan kelasnya. Italia berhasil
dikalahkan dengan skor 2-1 lewat babak golden goal yang dramatis.
Marco
Delvecchio membuat Italia unggul sepuluh menit tak lama setelah babak
kedua dimulai. Skor bertahan hingga babak injury time menuju
penghabisan. Sylvain Wiltord yang berhasil menerabas barisan pertahanan
Italia dari sisi kanan sukses menceploskan bola ke gawang Fransesco
Toldo.
Pertandingan akhirnya dilanjutkan ke babak tambahan, dengan sistem golden goal
yang saat itu masih berlaku. Tak butuh waktu lama bagi Prancis untuk
memastikan keunggulan. Semua bermula ketika Robert Pires sukses
menggiring bola dari sisi kir, mengirim umpan ke David Trezeguet yang
berada di kotak penalti. Dengan sepakan voli kaki kiri, Trezeguet
berhasil mengoyak gawang Italia
Peancis 2, Italia 1. Piala Eropa terbang ke tanah Napoleon Bonaparte.
4. Dinamit Denmark
Tim Nasional Denmark tahun 1992 adalah salah satu kejutan dalam sejarah
sepakbola. Bermaterikan pemain yang tidak mentereng, mereka sukses
meraih Piala Eropa untuk kali pertama.
Jatah tiket Denmark untuk
mengikuti Piala Eropa tahun 1992 sejatinya adalah "pemberian"
Yugoslavia yang tengah mengalami konflik etnis dan akhirnya
didiskualifikasi. Dengan motivasi ekstra karena tertimpa durian runtuh
seperti itu, Denmark menjadikan tiap pertandingan di Piala Eropa 1992
layaknya final. Mereka berhasil lolos ke babak sistem gugur dari grup
maut yang dihuni Inggris, Prancis dan Swedia. Mereka pun sukses
meluluhlantakkan juara bertahan Belanda di babak semifinal lewat adu
penalti.
Di final mereka bertemu Jerman. Dua gol dari John
Jensen dan Kim Vilfort seakan menjadi tamparan keras bagi sebagian
besar pengamat yang mengatakan Denmark hanyalah tim kacangan. Dalam
pertandingan ini pula, dunia kemudian mulai mengenal nama-nama
pesepakbola legendaris seperti Brian Laudrup dan Peter Schmeichel.
5. Yunani Underdog Yang Melegenda
2004: Underdogs menjadi juara. Tampil bukan sebagai unggulan, Yunani,
Negeri seribu dewa mengguncang dunia dengan membawa tropi juara Piala
Eropa 2004 ke negeri mereka.
Ditukangi si cerdas Otto Rehhagel mereka membuat salah satu kejutan
terbesar dalam sejarah Piala Eropa. Juara bertahan Prancis dilibas.
Portugal harus merasakan pahitnya kekalahan dari sang hercules dua
kali: pada partai pembuka dan puncak di kandang mereka sendiri.
ref:
http://sport.detik.com/pialaeropa/read/2012/06/04/103104/1931818/514/5-momen-tak-terlupakan-di-piala-eropa
No comments:
Post a Comment